Jadi daripada postingan nggak nambah-nambah, gw berpikir untuk ngisi tulisan gw yang lain di sini. Nggak semuanya bakal lucu (terkadang gw suka kejebak dengan mindset gw tentang blog gw yang harus lucu isinya) karena tulisan yang bakal gw posting ini malah kayak curhat tengah malem. Rencananya sih, ada beberapa status FB dan tulisan singkat (maksudnya nggak sepanjang tulisan gw lainnya di blog ini) yang bakal gw import ke sini.
Dan akan gw mulai dari sekarang..
Naif ini masih banyak yang nggak tau maknanya. Bahkan beberapa orang yg ngatain saya "makanya jadi orang jangan terlalu naif" malah cengengesan nggak tanggung jawab ketika saya tanya "emang naif artinya apa?"
Nggak maksud ngasih kuliah bahasa di sini, tapi menurut saya sendiri "naif" itu artinya (mungkin) : selalu nganggep hidup itu lurus-lurus aja dan dunia selalu diisi dengan hal-hal baik.
Tapi "naif" itu sebenernya rentan akan "lupa".
Lupa kalo di balik kebaikan bisa aja ada kebusukan.
Lupa kalo setelah kesenangan bisa aja ada kesusahan yg datang.
Lupa kalo sesuatu yang bisa dipercaya kadang malah berkhianat.
Lupa kalo cinta sama benci itu bedanya setipis kertas
Lupa kalo semua yang ada di dunia ini punya alirannya masing-masing
Lantas, apakah menjadi seorang yang "naif" itu buruk? kalo diliat-liat "Naif" ini juga dekat dengan berbaik sangka (Khusnudzon). Karena orang naif selalu berpikir yang baik-baik terhadap segala hal yang ada di sekitar dia. Baik memang, tapi ini jadi kelemahan yang bisa dimanfaatin bagi beberapa pihak yang tak bertanggung dan tak mau menjawab.
Menjadi naif itu bagus (pendapat pribadi). Namun memahami bahwa hidup juga penuh kejadian yang bisa bikin kaget dan pusing kepala itu penting. Kalo diinget-inget, ada beberapa hal yang sampe sekarang gw masih "mikir baik" dan setelahnya malah "kecewa", kemudian "mikir baik" lagi dan "kecewa" lagi. Berulang-ulang dan sampe rasanya mau banting tetangga sebelah. Namun, ketika marah udah nggak bisa dikontrol, kata-kata emak saya selalu terngiang (dalam versi yang udah gw perbagus :p) : "Tenang lah, nak... hidup ini mana bisa lurus-lurus aja? kalo nggak ada sakitnya, mana bisa jadi lebih kuat.."
Hehe, iya, yaa.. Life is never flat.. :)
Nggak maksud ngasih kuliah bahasa di sini, tapi menurut saya sendiri "naif" itu artinya (mungkin) : selalu nganggep hidup itu lurus-lurus aja dan dunia selalu diisi dengan hal-hal baik.
Tapi "naif" itu sebenernya rentan akan "lupa".
Lupa kalo di balik kebaikan bisa aja ada kebusukan.
Lupa kalo setelah kesenangan bisa aja ada kesusahan yg datang.
Lupa kalo sesuatu yang bisa dipercaya kadang malah berkhianat.
Lupa kalo cinta sama benci itu bedanya setipis kertas
Lupa kalo semua yang ada di dunia ini punya alirannya masing-masing
Lantas, apakah menjadi seorang yang "naif" itu buruk? kalo diliat-liat "Naif" ini juga dekat dengan berbaik sangka (Khusnudzon). Karena orang naif selalu berpikir yang baik-baik terhadap segala hal yang ada di sekitar dia. Baik memang, tapi ini jadi kelemahan yang bisa dimanfaatin bagi beberapa pihak yang tak bertanggung dan tak mau menjawab.
Menjadi naif itu bagus (pendapat pribadi). Namun memahami bahwa hidup juga penuh kejadian yang bisa bikin kaget dan pusing kepala itu penting. Kalo diinget-inget, ada beberapa hal yang sampe sekarang gw masih "mikir baik" dan setelahnya malah "kecewa", kemudian "mikir baik" lagi dan "kecewa" lagi. Berulang-ulang dan sampe rasanya mau banting tetangga sebelah. Namun, ketika marah udah nggak bisa dikontrol, kata-kata emak saya selalu terngiang (dalam versi yang udah gw perbagus :p) : "Tenang lah, nak... hidup ini mana bisa lurus-lurus aja? kalo nggak ada sakitnya, mana bisa jadi lebih kuat.."
Hehe, iya, yaa.. Life is never flat.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hayuuuk, komen di sini..
gak pake bayar lohh,
hehehe..
Yang gak punya akun google, bisa komen juga kok. Pilih aja yang Name/URL, masukin nama sama komennya..
NO SARA PLEASE..
Sebisa mungkin hindari komen tanpa nama alias anonim, Ayo donk, jangan lempar komen sembunyi nama.. :D