Jumat, 08 Maret 2013

Novel To-be Part 3


 Oke, ini part-3 sambungan cerita kemaren, bagian ke-3 mungkin jadi yang terakhir gw posting minggu ini dan lanjutannya bakal gw post minggu depan.
buat yang belom baca part 1, silahkan klik di sini  
buat part 2, silahkan klik di sini

Nama tokoh utamanya, Linna. Nama panjangnya belom gw pikirin, soalnya nama Linna sendiri mungkin gw pake cuma di blog, ntar di novel bakal ganti nama (atau tetep gw pake kalo-kalo aja nanti gw merasa Linna lebih cocok daripada nama-nama lain). Oiya, kalian yang baca boleh bantuin nyumbang nama buat "Linna" kok..

Oke, daripada lama-lama, silahkan baca Novel To-be Part 3 :D


***               
 Cewek satu ini menatap ke arah panggung yang ada di lapangan sekolahnya. Pandangannya seolah tak mau lepas memandang sesosok cowok sedang memainkan gitarnya. Cowok yang memakai kemeja biru bergaris vertikal putih lengan panjang, kemeja yang juga dipakai oleh rekan satu band-nya. Udah jadi hal yang biasa, setiap acara kelulusan anak kelas 3 biasanya masing-masing kelas 3 membuat “seragam” mereka sendiri untuk dipamerin. Ada yang bikin jaket, sweater, kemeja sampe jas desain sendiri. Dan bagi cewek ini, cowok yang sedang dilihatnya sekarang nggak masalah mau pake baju model apa baginya tetep abang senior paling keren di sekolahnya.

                Linna, cewek yang masih kelas satu ini memang “jatuh cinta” dengan si abang gitaris ini sejak awal ketemu di kantin sekolahan. Kejadiannya kalo gw nggak salah inget sih gini :

                Saat itu dua minggu setelah ajaran baru dimulai, Linna dengan seorang temennya yang nggak perlu disebutin namanya barengan ke kantin. Kantin yang lumayan lengkap itu jajanannya enak-enak dan kebanyakan home made. Jajanan yang berupa kue basah dan kering dijejerkan di sebuah meja besar dalam sebuah nampan, bagian kanan kantin ada sebuah rak besar yang isinya makanan ringan lainnya, tak lupa ada dua buah kulkas yang ditata pada kanan-kiri kantin yang tentu aja diisi dengan minuman dan sayur belanjaan para guru yang dititip disitu. Di belakang meja besar tadi ada sebuah mesin fotocopy yang digunain buat fotocopy apa aja, dari kertas ujian sampe kertas contekan ulangan yang difotocopy dengan ukuran lebih kecil. Di samping mesin itu ada meja kayu tua. Walau terlihat tua dan kusam, di laci meja itulah disimpan semua uang hasil kantin sehari-hari. Penjaga kantinnya ada dua orang, sekarang mereka lagi ngegosip dengan tiga orang ibu guru yang kelihatannya sedang kosong mengajar.

                Suasana kantin memang sedang sepi dari murid, soalnya emang lagi bukan jamnya istirahat. Hanya ada dua orang cowok yang nampaknya adalah senior Linna disitu. Kelas Linna lagi kosong, gurunya lagi sakit apaan gitu dan nggak ada guru yang bisa ngegantiin jadi kelas mereka cuma disuruh ngerjain tugas biasa aja. Linna suka banget sama risol di kantin .Dengan badannya yang kurus itu, dia sanggup ngabisin 10 potong risol sendirian dalam keadaan normal dan bisa tambah lima lagi kalo emang lagi laper. Casing nggak berimbang dengan nafsu makan.

                Linna mengambil risolnya dan membungkusnya ke dalam sebuah plastik. Dia agak malu-malu saat hendak memanggil penjaga kantin untuk membayar risolnya, maklum anak baru apalagi jumlah risolnya dalam plastik cukup banyak. Tepat ketika Linna ingin memanggil penjaganya, si senior rupanya duluan bersuara.

                “Kak, ini mau bayar, minta kembaliannya” si cowok yang lebih pendek dari temannya itu nyaris setengah berteriak. Linna setengah kaget dan melihat ke arah cowok itu. Jantungnya berdegup lebih kencang. Nggak ganteng-ganteng amat, tapi kok menarik ya?

                Linna melirik bungkusan belanjaan si cowok itu dan menahan tawanya karena yang dilihatnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jajanannya. Sekali lagi dia menatap wajah si senior, dia merasa nggak pernah melihat cowok ini sebelumnya yang artinya dia bukan senior yang “ikutan” meng-ospek adik-adik barunya beberapa minggu lalu. Nggak lama setelah kembalian diterima, si cowok dan temen figurannya pergi ke kelasnya lagi. Meninggalkan rasa penasaran di hati Linna. Namanya siapa ya?

                Dan kembali ke cerita sekarang, Linna masih saja menatap cowok yang bermain gitar di atas panggung itu. Nggak keren-keren amat, permainan gitarnya juga standar (walau Linna juga nggak ngerti-ngerti amat masalah gitar) tapi terasa begitu mempesona di mata Linna. Teman-teman di samping Linna hanya tersenyum-senyum melihat tingkah Linna yang selalu saja seperti tersihir saat melihat seniornya yang satu itu.

                Hingga si senior turun dari panggung, pandangan Linna masih saja mencari-cari sosok itu. Dia takut tak bisa melihatnya lagi karena hari ini adalah hari acara syukuran kelulusan di sekolahnya. Rasa penasarannya masih sama besarnya dengan yang dirasakannya saat pertemuan mereka di kantin. Hanya saja, kini Linna sudah tau siapa nama si senior. Raira Shepova..

****

                 How??

1 komentar:

Hayuuuk, komen di sini..
gak pake bayar lohh,
hehehe..
Yang gak punya akun google, bisa komen juga kok. Pilih aja yang Name/URL, masukin nama sama komennya..
NO SARA PLEASE..
Sebisa mungkin hindari komen tanpa nama alias anonim, Ayo donk, jangan lempar komen sembunyi nama.. :D